Sleman (13/22), SMA Negeri 1 Sleman mengadakan seminar literasi dengan tema “Menyongsong Era Disrupsi Melalui Gerakan Literasi” dalam rangka meningkatkan hasrat literasi di tengah gempuran perkembangan teknologi. Kegiatan acara dibuka oleh Ibu Fadmiyati, S.Pd., M.Pd. selaku kepala SMA Negeri 1 Sleman. Seminar dihadiri oleh lebih dari 100 peserta yang terdiri dari guru-guru, perwakilan siswa kelas X, XI dan XII serta anggota dari duta pustaka untuk mengikuti acara bedah buku Bulan Terbelah di Langit Amerika bersama sang penulis, Hanum Salsabiela Rais.
Kegiatan seminar diawali dengan pemberian materi oleh narasumber yang berjudul “Motivasi dan Kiat-Kiat Menulis yang Menyenangkan di Era Disrupsi.” Menurut Hanum, menulis itu sama seperti berenang. Kita tidak dapat langsung bisa berenang atau menulis hanya dengan melihat caranya tanpa mempraktekannya. Kita harus memiliki tujuan dan kemauan dari diri kita sendiri untuk mencoba.
Berbicara tentang menulis sebuah buku, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan. Pertama, kita harus memiliki karakter dengan watak yang kuat dan konsisten agar tidak sulit dalam membuat plot. Kedua, harus ada tujuan dan alur, kita perlu mengetahui apa itu pengantar, penengah, dan akhir. Terakhir, kita harus memberikan judul yang biasa kita sebut eye-catching atau menarik agar orang-orang tertarik untuk membaca hasil karya tulis kita. Apabila kita stuck, jangan dipaksakan untuk terus menulis, sebaiknya kita mencari referensi dan melakukan riset lagi.
Hanum Rais telah menciptakan berbagai novel luar biasa, di antaranya adalah 99 Cahaya di Langit Eropa, Faith and The City, I Am Sarahza, dan Bulan Terbelah di Langit Amerika. Pada acara bedah buku ini, beliau memaparkan secara singkat tentang Bulan Terbelah di Langit Amerika. Buku ini menceritakan tentang peristiwa tragedi Black Tuesday 11 September 2001. Dunia menjadi begitu sensitif dengan hal-hal berbau Islam, julukan teroris melekat bagi setiap penganutnya. Dunia seakan mengidap islamophobia. Diawali dengan kisah Hanum sebagai wartawan yang ditugasi oleh bosnya, Gerturd Robinson, untuk menuliskan sebuah artikel di sebuah surat kabar Austria “Heute ist Wunderbar” dengan judul “Would the world be better without Islam? Apakah dunia akan lebih baik tanpa Islam?”
Seminar literasi dan acara bedah buku ini diharapkan dapat menambah wawasan terkait kiat-kiat menulis, menumbuhkan kembali budaya literasi dan tradisi berpikir kritis kita dalam membaca serta meningkatkan kecakapan perserta dalam menulis agar mampu menghasilkan sebuah karya tulis yang baik.